Kejutan untuk Lisya


Wajah itu terkadang datang tiba-tiba memenuhi anganku. Wajah sesosok gadis yang pernah aku lihat di salah satu kegiatan kkp di Banjarnegara. Aku pun belum menemukan jawaban tentang setiap kehadirannya di anganku. Mungkin wajar aku mengingatnya kembali di saat kita telah terpisah jauh.

Seiring berjalannya waktu, aku merasa ini sudah tak wajar lagi. Intensitas kemunculanya semakin bertambah banyak dan sering membuat aku tak berdaya. Aku merasa tak ingin lakukan apapun ketika telah memikirkannya. Hanya dia, dan hanya untuk dia-lah yang bisa aku fikirkan.

"Assalamualaikum." 

Aku memandangi rumahnya dengan setangkai mawar merah yang aku sembunyikan di balik punggungku. Rumah itu tidak banyak berubah dari waktu pertama aku datang dan berkenalan dengannya. Kedatanganku saat ini adalah bagian dari rencanaku membuat kejutan untuk Lisya.

"Waalaikum salam..." jawab seseorang dari dalam rumah itu. 

Beberapa saat kemudian terdengar suara pintu di buka. Sekilas ku lihat seorang gadis keluar dari balik pintu dengan senyum merekah. Aku tak sanggup menatapnya terlalu lama. Aku menunduk.

"Mas Tio, ya?"

Aku kembali memandangnya dan membalas dengan senyuman.

"Mas Tio dari mana memangnya kok bisa mampir ke sini segala?"
"Aku dari Bogor sengaja datang ke sini, Lis"
"Ah.., Mas Tio bohong ya?"

Aku tak menjawab. Aku tersenyum kemudian memberikan setangkai mawar untuknya.

"Ini buat kamu."
"Ih.. Mas Tio... Jadi terharu aku, mas. Ayo masuk mas. Bapak sama ibu ada di dalam kok."
"Aku ambil motor dulu ya."
"Lah, Mas Tio naik motor ke sininya. Kok aku nggak denger suara motor, mas?"
"Aku parkir di depan SD situ, hehehe"
"Ah, Mas Tio niat banget ngasih surprise-nya."
"Kalau nggak niat, ya enggak mungkin sampai sini, Lis,  hehehe"
"Ya udah mas, nanti langsung masuk aja. Aku tunggu di dalam."

Aku tak mau menunggu lebih lama lagi. Aku segera memindahkan  motor ke rumah Lisya, kemudian menyusulnya ke ruang tamu. Di sana aku bertemu dengan orang tua Lisya.

"Lisya kemana, pak? tanyaku seusai berjabat tangan dengan ayah dan ibu Lisya.
"Tadi katanya mau ke kamar sebentar. Barangkali mau dandan hehehe." ujar bapak Lisya bercanda.
"Walah, wong yang datang saja masih belepotan gini, pak, hehehe." balasku dengan bercanda pula.
"Kamu kok ke sini enggak ngasih kabar dulu, le? Kejutan untuk Lisya, ya?"
"Namanya juga anak muda, pak. Hehehe"

Tak lama kemudian Lisya muncul membawa segelas kopi panas. Minuman hangat di daerah sini memang sudah menjadi menu wajib karena suhu di sini sangat rendah. Namun suhu saat ini tidak serendah ketika awal-awal agustus.

"Mas, kopinya."
"Bapak sama ibu kok enggak dibuatin sekalian, Lis?"
"Baru saja habis, le." jawab bapak. 
"Kamar buat mas Tio sudah disiapkan belum, Lis? Kasihan, biar istirahat dulu. Badannya pasti pegel-pegel habis naik motor semalaman."
"Injih, pak. Sebentar lagi Lisya siapin. Abis mas Tio datangnya enggak bilang-bilang, jadi Lisya enggak siapin apa-apa."

Perjalanan dengan kendaraan roda dua dan jarak tempuh yang demikian jauh, seperti meremukkan tulang-tulangku. Tubuh ini pun harus segera beradaptasi kembali dengan dinginnya pegunungan Banjarnegara setelah sekian lama berada diantara panasnya kota Bogor. Namun ada keanehan yang terjadi setelah aku sampai di sini. Lelah yang ku rasakan seperti hilang seketika. Ya, mungkin ini karena aku bertemu dengannya, orang yang ku cintai.

"Loh, kok mas nggak istirahat?" tanya Lisya spontan ketika aku kembali ke ruang tamu.
"Ketemu kamu langsung hilang semua capeknya, hehehe."
"Gombal..."
"Beneran, kok. Oh, ya, Lis. Aku kesini ada yang mau aku omongin sama kamu."
"Soal apa, mas?"







Load disqus comments
Comments
0 Comments

0 comments